Rahasia Allah dalam Menurunkan Adam ke Bumi #3
Allah SWT
mencintai orang-orang yang sabar, orang-orang yang berbuat baik, orang-orang
yang bersatu untuk berperang di jalan-Nya, orang-orang yang bertobat orang-orang
yang bersih, dan orang-orang yang bersyukur. Kecintaan Allah SWT adalah
kemuliaan yang paling tinggi. Karena itu, dengan hikmah-Nya Dia menempatkan
Adam a.s. dan keturunannya di suatu tempat, di mana kecintaan Allah SWT itu
dapat terwujud. Dengan demikian, diturunkannya Adam dan keturunannya ke bumi
ini adalah nikmat yang paling tinggi bagi mereka. Allah berfirman,
"Dan
Allah menentukan siapa yang dikehendakinya untuk diberi rahmat dan Allah mempunyai
karunia yang sangat besar."
(al-Baqarah:
105)
Allah SWT
juga ingin mengambil dari keturunan Adam orang-orang yang Dia bela, Dia kasihi
serta Dia cintai, dan mereka juga mencintai-Nya. Kecintaan mereka kepada-Nya
merupakan puncak kehormatan dan kemuliaan. Derajat yang mulia ini tidak mungkin
terealisasi tanpa adanyakeridhaan dari-Nya dengan mengikuti perintah-Nya, serta
meninggalkan keinginan hawa nafsu dan gejolak syahwat yang dibenci oleh-Nya,
Zat yang mereka cintai. Maka, Allah SWT menurunkan mereka ke bumi ini, di mana
mereka menerima perintah dan larangan untuk mereka taati.
Sebab itu,
mereka memperoleh kemuliaan cinta dari-Nya. Itulah kesempurnaan hikmah dan
kasih sayang-Nya, Dia Yang Maha Baik lagi Maha Penyayang.
Karena Allah
telah menciptakan makhluk-Nya secara berjenjang dan berjenisjenis, dan dengan
hikmah-Nya Dia mengutamakan Adam a.s. beserta keturunannya atas seluruh
makhluk-makhluk-Nya, maka Dia menjadikan penyembahan ('ubudiyyah) mereka
kepada-Nya sebagai derajat yang paling mulia. Yaitu 'ubudyiyah yang mereka
lakukan sesuai keinginan dan pilihan mereka sendiri, bukan karena keterpaksaan.
Sebagaimana diketahui, Allah SWT telah mengutus Jibril kepada Nabi saw. untuk
memberinya pilihan; antara menjadi seorang raja dan nabi, atau menjadi seorang
hamba dan nabi. Lalu Nabi saw. memandang Jibril seolah berkonsultasi kepadanya,
dan Jibril mengisyaratkan supaya beliau bersikap tawadhu. Kemudian beliau
bersabda, "Saya memilih menjadi
seorang hamba dan nabi."
Maka, Allah
SWT menyebut beliau dengan sifat kehambaan dalam tingkatnya yang paling mulia.
Yaitu, ketika Allah SWT menceritakan tentang isra' beliau, tentang kewajiban
dakwah beliau, dan ketika Allah SWT mengajukan tantangan kepada musuh-musuh-Nya.
Dalam
Al-Qur'an Allah SWT berfirman tentang isra' Nabi saw,
"Maha
suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam."
(al-lsra’:
1)
Dalam ayat di
atas Allah SWT menyebut Nabi Muhammad dengan kata-kata hamba, bukan 'rasul-Nya
atau nabi-Nya'. Ini merupakan sebuah isyarat bahwa ketika Nabi Muhammad saw.
menunaikan isra' yang merupakan kehormatan tertinggi bagi seorang hamba, maka
itu kesempurnaan penghambaan beliau kepada Allah SWT.
Ketika
menceritakan tugas beliau sebagai da'i (pendakwah) Allah SWT berfirman,
"Dan
bahwa tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan
ibadah), hampir saja jin itu desak-mendesak mengerumuninya."
(al-Jinn:
19)
Demikian juga
ketika menantang musuh-musuh-Nya untuk mengajukan alasan keraguan mereka
terhadap kerasulan beliau, Allah SWT berfirman,
"Dan
jika kamu tetap dalam keraguan tentang Al-Qur'an yang Kami wahyukan kepada
hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surah saja yang semisal Al-Qur'an itu.”
(al-Baqarah:
23)
Dalam hadits
yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim tentang syafaat Nabi saw.
dan penolakan para nabi untuk memberi syafaat serta perkataan Almasih a.s., "Pergilah kepada Muhammad, seorang
hamba yang telah diampuni dosadosanya yang telah lalu dan yang akan
datang" , menunjukkan bahwa Nabi Muhammad saw. memperoleh kedudukan
yang paling agung ini, karena kesempurnaan penghambaan beliau dan sempurnanya
pengampunan Allah SWT atas beliau.
Jika
kehambaan ('ubudiyyah) di sisi Allah SWT memiliki kedudukan yang sedemikian rupa
tingginya, maka hikmah-Nya menghendaki untuk menempatkan Adam a.s. dan keturunannya
di suatu tempat, yang di dalamnya mereka memperoleh kedudukan tinggi tersebut
yang bisa dicapai dengan kesempurnaan ketaatan dan kedekatan mereka kepada
Allah SWT, serta karena kecintaan Allah SWT kepada mereka. Juga karena mereka
meninggalkan segala yang mereka suka demi kecintaannya kepada Allah SWT. Inilah
kesempurnaan nikmat dan kebaikan Allah SWT kepada mereka.
0 comments :
Penyejuk Hati - Menggapai Cinta Ilahi
Contact Form
Labels
- Ebook Islami (2)
- Indahnya Sabar (4)
- Kunci Kebahagiaan (6)
Popular Posts
-
Kelima . Firman Allah SWT tentang jin-jin yang saleh, "Barangsiapa yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan ya...
-
Sesungguhnya, Allah SWT menurunkan Adam a.s., bapak manusia, dari surga adalah karena hikmah-hikmah yang tidak mampu dipahami akal da...
-
Firman Allah SWT "Dan apabila petunjuk-Ku datang kepadamu." (Thaahaa: 123) Adalah ditujukan kepada orang-orang ...
-
Alhamdulillah kita masih bisa bertemu, semoga hati dan pikiran kita selalu ingat kepada Allah. Melanjutkan Hakikat dan MaknaSabar . A...
-
S etelah dikemukakan di bagian depan mengenai arti dari kata Sabar , kini kita bahas mengenai hakikat sabar dan bagaimana kita memakn...
-
Allah berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa dan janganlah kalian matt s...
-
Allah SWT mencintai orang-orang yang sabar, orang-orang yang berbuat baik, orang-orang yang bersatu untuk berperang di jalan-Nya, orang...
-
Allah SWT juga menurunkan manusia ke bumi, di mana keimanan kepada yang gaib dapat terwujud. Keimanan kepada yang gaib adalah keimanan ...
-
Kata Sabar makna asalnya adalah menahan atau mengurung. Sabar berarti menahan jiwa untuk tidak berkeluh kesah, menahan lisan untuk tidak m...
-
Assalamu'alaikum Buku Tamasya Ke Surga adalah buah karya dari Ibnu Qayyim Al Jauziyyah. Dalam buku ini dijelaskan segala hal tentang...
statistics
Google Plus
Facebook
Twitter
Share this Post
SETIAJI. Powered by Blogger.
Post a Comment
Terima kasih atas tanggapan yang anda berikan
semoga blog ini menjadi lebih bermanfaat untuk kedepannya